KETIKA CINTA KHADIJAH MENYAPA MUHAMMAD SAW | Indonesia Berbagi
INDONESIA BERBAGI
ARTIKEL

KETIKA CINTA KHADIJAH MENYAPA MUHAMMAD SAW

Selasa, 25 Oktober 2022 16:48:00 | Admin

Oleh: H. Deni Mardiana, Lc.

 

Pengantar

Begitulah cinta, ketika ia menjadi bahasan selalu saja menghadirkan ceritanya sendiri. Selalu membuat penasaran bagi siapa saja yang ingin menyelami kedalaman makna dan hikmahnya. Selalu membuat baper dan gelisah disaat ia salah memperlakukan cinta, namun menghadirkan kesegaran iman, kebahagiaan dan ketentraman disaat cinta berlabuh pada tempat dan waktunya yang tepat. Cinta tidak bisa dipaksa, namun tidak juga bisa dibiarkan mengalir begitu saja. Cinta harus dibina agar tumbuh menjadi bunga-bunga indah di taman kehidupan setiap pelakunya. Cinta harus dijaga, agar keutuhan dan kemurniannya tetap pada porsinya. Cinta harus diekspresikan, jangan dipendam apalagi disimpan dalam hati yang hanya membuat luka dan nestapa.

Cinta adalah fitrah manusia. Siapapun, pasti merasakan getaran-getaran kehangatannya. Ia tidak bisa ditolak, karena mengalir bersama aliran darah manusia. Ia pun tidak bisa ditawan, karena kebebasan mengekspresikan cinta bagian dari hadirnya kesehatan mental dalam jiwa manusia. Cinta bagian dari nafsu manusia. Ia tidak boleh dibunuh karakternya namun harus dialirkan pada saluruan yang baik dan benar. Cinta adalah bagian dari kenikmatan besar yang Allah berikan pada setiap hamba-Nya. Ia hadir melengkapi kenikmatan demi kenikmatan yang telah lebih dahulu Allah berikan kepada manusia. Singkatnya, cinta adalah karunia yang tidak boleh disia-siakan. Harus pandai mengelola dan mensyukuri dengan segenap perhatian dan kesungguhan.

Karena cinta fitrah manusia, sudah tentu perasaan cinta pun hadir dan tumbuh dalam jiwa Nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau adalah sosok manusia yang menjadi teladan dalam mengelola dan menyalurkan naluri cintanya. Perjalanan cinta Nabi Muhammad sejatinya menjadi inspirasi bagi umatnya. Begitu terjaga, tak pernah diumbar bahkan tersemai pada waktu dan momentum yang tepat. Bertemu dengan belahan jiwa yang juga ternyata terjaga dari nasabnya, kehormatan dan kecantikannya. Dialah Khadijah. Perempuan pertama yang menjadi jodoh terbaik Nabi sepanjang masa. Bukan perempuan biasa, bahkan berbeda jauh dengan kebanyakan perempuan quraisy pada waktu itu. Keindahan akhlak Khadijah pernah diabadikan dalam sebuah atsar:

كمل من الرجال الكثير، ولم يكمل من النساء إلا أربع منهن السيدة خديجة

Artinya: "laki-laki arab quraisy yang sempurna itu banyak, namun diantara perempuan arab quraisy yang sempurna hanya empat orang, salah satunya Khadijah."

Masih banyak riwayat dan kisah yang mengabadikan bagaimana keindahan akhlak Khadijah dan kesempurnaan penjagaan kehormatannya. Singkat cerita, manusia mulia yang bernama Muhammad Saw memang Allah jodohkan dengan perempuan sempurna juga, dan begitulah skenario Allah menjadikan mereka sebagai pasangan serasi nan abadi dunia akhirat.

 

Pertemuan Dua Hati

Sebagaimana yang kita mafhumi bersama, kehidupan dan pergaulan Nabi Muhammad di masa mudanya sungguh sangat terjaga. Terutama pengaruh negatif dari adat kebiasaan jahiliyyah dan kebiasaan hidup anak muda jahiliyyah di masa itu. Sehingga para ulama siroh menyimpulkan bahwa ma’shumnya Rasul bukan hanya ketika sebelum mendapatkan wahyu namun juga setelah beliau mendapat wahyu. Keluhuran akhlak beliau diantaranya kejujuran menjadi buah bibir diantara para penduduk mekkah tak terkecuali dikalangan para pembesar-pembesar Quraisy. Tidak ada sedikit pun cela dan kerusakan moral dari sosok pribadi Muhammad di masa mudanya.

Begitupula dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau adalah sosok wanita terpandang dikalangan penduduk mekkah. Perempuan yang terjaga kehormatan dan akhlaknya. Memiliki jumlah kekayaan harta yang melimpah. Seorang pebisnis ulung dan memiliki beragam jenis usaha yang digelutinya. Syekh Ratib An-Nablusi dalam kajian sirahnya mengatakan: Dalam menjalankan roda bisnisnya, tidak jarang Khadijah mengalami kebangkrutan dan defisit keuntungan dari bisnisnya. Hal tersebut terjadi karena tidak profesionalnya para pengelola keuangan yang menjadi orang kepercayaan Khadijah. Hingga pada akhirnya Khadijah mendengar kabar bahwa ada seorang pemuda yang cakap dalam pengelolaan keuangan. Diundanglah pemuda tersebut dan diminta untuk mengelola keuangan bisnis Khadijah. Sang pemuda diajak untuk bergabung menjadi bagian dari bisnisnya Khadijah. Semenjak dikelola oleh pemuda tersebut, kondisi keuangan bisnis Khadijah semakin baik dan menemukan peningkatan penghasilan yang sangat signifikan. Kejujuran, kecakapan dalam pengelolaan keuangan dan keluhuran akhlak itulah yang menjadikan Siti Khadijah semakin jatuh hati dan tertarik kepada pemuda itu.

Hingga akhirnya pada suatu hari, niat Khadijah untuk menikahi Muhammad muda semakin membuncah. Diutuslah seorang perempuan bernama nafisah untuk menemui Muhammad, dengan maksud mengutarakan niat Khadijah untuk menikahinya. Nafisah bertanya kepada Muhammad: Apa yang menghalangimu untuk segera menikah? Muhammad menjawab: sungguh, tidak terbayang dalam benakku untuk bisa menikah dengan siapa!. Nafisah berkata lagi: wahai Muhammad, aku akan genapkan keraguanmu dalam hal ini kepada seorang perempuan. Nabi Muhammad berkata lagi: lalu, siapakah perempuan tersebut? Nafisah menjawab: dialah Khadijah. Nabi Muhammad pada waktu itu bertanya dengan penuh ragu. “ Lalu apa yang menjadi alasan beliau ingin menikah denganku?” Nafisah menjawab kembali: karena keluhuran akhlak dan kepribadianmu.

Nafisahlah yang menjadi pelantara bertemunya dua hamba Allah dalam kehangatan cinta dan kesempurnaan fitrah. Setelah bertemu dengan Muhammad muda dan mengutarakan isi hati Khadijah kepadanya, nafisah kembali menemui Siti Khadijah dan mengungkapkan hasil pertemuannya dengan Muhammad Saw. Nafisah berkata kepada Siti Khadijah: “Sungguh, jalan untuk segera menikahi Muhammad sangatlah terbuka lebar”. Mendengar informasi dari nafisah seperti itu, Siti Khadijah pun segera menemui Muhammad Saw dan mengutarakan niatnya tersebut secara langsung dihadapan Muhammad. “Wahai anak pamanku, sungguh aku mencintaimu dan ingin segera menikahimu. Engkau adalah orang yang mulia dan dimuliakan oleh penduduk mekkah, engkau adalah orang yang amanah, berakhlak baik, serta selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan”.

Tawaran hati Khadijah untuk segera meminang Muhammad segara diceritakan Muhammad kepada paman-pamannya. Paman-paman Muhammad menyambut baik niat dan tawaran tersebut bahkan menyarankan untuk segera digelar pernikahan tersebut. Abu Thalib, Hamzah dan pamannya yang lain kemudian menemui pamannya Khadijah yang bernama Umar bin Asad. Ayahnya Khadijah sudah meninggal ketika terjadi perang fijar. Terjadilah pernikahan itu, Muhammad memberikan mahar kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta merah. Pakar sirah nabawiyyah Ibnu Hisyam berkata: mahar yang diberikan Muhammad kepada Khadijah sebanyak 20 unta merah. Siti Khadijah adalah wanita pertama dan satu-satunya yang dinikahi Muhammad sampai Siti Khadijah meninggal dunia.

Diriwayatkan bahwa yang menyampaikan khutbah nikah pada pernikahan Muhammad dengan Khadijah adalah Abu Thalib. Beliau berkata: “Sungguh Muhammad adalah sosok pemuda yang tidak ada duanya diantara pemuda-pemuda Quraisy. Beliau adalah pemuda yang terhormat, memiliki akhlak yang mulia, cerdas juga berwibawa. Namun begitu, dia pemuda yang tidak punya banyak harta. Karena harta hanya akan membuat hina dan rendah. Kelebihan harta dimiliki oleh Khadijah, dialah perempuan yang piawai dalam bisnis.” Demikianlah penggalan isi khutbah nikah Abu Thalib.

Pernikahan Muhammad dan Khadijah terjadi disaat Muhammad genap berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun. Pernikahan itu dihadiri oleh para keluarga Bani Hasyim dan para petinggi Bani Nadhar. Muhammad menikah dengan Khadijah setelah selama dua bulan melakukan perjalanan bisnis ke Syam.

Dari pernikahannya dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad memiliki keturunan diantaranya: Qosim, Zainab, Ummu Kulsum, Fatimah, Ruqoyyah, kemudian Abdullah. Qosim dan Abdullah meninggal disaat masih kecil. Adapun anak yang lainnya mereka semua ikut berhijrah bersama Rasulullah Saw ke madinah. Siti Khadijah meninggal di usia 65 tahun. Kecintaan Nabi kepada beliau sungguh sangat besar dan mendalam. Banyak sekali riwayat yang menggambarkan kesungguhan cinta Nabi kepada kepada Khadijah. Bahkan suatu hari, Rasul pernah bercerita dihadapan Aisyah bahwa perempuan yang sangat ia cintai adalah Khadijah. Aisyah cemburu, seolah tidak ingin dibandingan dengan khadjiah. Namun begitulah isi hati Nabi Muhammad. Kecintaannya kepada Khadijah. Dalam riwayat muslim, Rasulullah Saw bersabda:

خير نسائها مريم بنت عمران، وخير نسائها خديجة بنت خويلد

Artinya: “Sebaik-baiknya perempuan adalah Maryam Binti Imran dan Khadijah Binti Khuwailid.

Dalam riwayat lain Rasul bersabda :

خير نساء العالمين أربع: مريم بنت عمران، وآسية بنت مزاحم امرأة فرعون, وخديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد

Artinya: “Sosok wanita terbaik di dunia ini ada empat: Maryam Binti Imran, Aasiah Binti Muzahim (istrinya fir’aun), Khadijah Binti Khuwailid dan Fatimah Binti Muhammad.

 

Penutup

Kesedihan yang sangat mendalam dirasakan Rasul saat ditinggal Siti Khadijah. Betapa tidak, sosok perempuan yang sangat support terhadap perjuangan dakwahnya kini telah mendahuluinya. Sosok istri yang tiada duanya dengan kesempurnaan kecerdasan, kesempurnaan akhlak dan kesempurnaan kecantikan telah meninggalkan Rasul untuk selama-lamanya. Cinta dan kasih sayang yang selama ini berbalasan penuh keharmonisan dan kehangatan, sirna dan meredup disapu kesedihan mendalam. Hari-hari yang penuh dengan ujian dan cobaan, mereka lalui bersama. Khadjiah selalu setia membersamai Rasul dalam suka dan duka. Bahkan disaat Nabi mengalami intimidasi dan tekanan berat dalam dakwahnya, Khadijahlah yang selalu menenangkan Rasul dengan cinta dan pelukan hangatnya. Cinta sejati Muhammad hanya untuk Khadijah. Cinta sejati Muhammad hanya untuk dia yang telah memberikan segalanya untuk membela Allah dan Rasul-Nya.

Pujian demi pujian tak henti Rasul sampaikan untuk istrinya tercinta. Dalam sebuah riwayat beliau bersabda: “Di dunia ini, tidak ada wanita yang paling aku cintai kecuali Khadijah. ia telah beriman kepadaku disaat penduduk Mekkah masih kafir, dia membenarkan keNabianku disaat penduduk Mekkah mendustakannya, ia mencurahkan seluruh hartanya untuk dakwah disaat orang-orang kafir menghalangi dakwahku. Dan dia telah memberikanku keturunan.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat yang lain Rasul bersabda: “Segala puji hanya milik Allah yang telah menganugrahkan kepadaku cinta untuk Khadijah.”

Inilah ungkapan kejujuran hati dan ketulusan cinta Nabi Muhammad untuk Khadijah. betapa besarnya rasa cinta dan sayang Muhammad untuk Khadijah. Betapa beliau merasa mendapatkan anugrah besar dari Allah SWT saat Allah mengirimkan Khadijah untuknya.

Inilah keluhuran cinta yang agung nan mulia. Cinta yang dibangun dengan iman, dibingkai dengan taqwa dan dituntun dengan keluhuran akhlak serta kemuliaannya. Cinta yang diantarkan dengan kejujuran iman lalu dijemput dengan segenap kehangatan iman. Karena cinta yang landasannya keimananlah yang akan mengantarkan kita kepada kesucian cinta. Karena cinta yang dibalut dengan nilai ketaqwaanlah yang akan menghadirkan kenikmatan demi kenikmatan cinta. Karena cinta yang terjaga, hanya akan Allah titipkan dan antarkan kepada setiap pemilik jiwa yang selalu menjaga cinta sejatinya.

Gambar : pixabay.com

Bantu sebarkan kebaikan