LISAN YANG TERGELINCIR MENGUNDANG MURKA ALLAH SWT | Indonesia Berbagi
Logo Indonesia Berbagi INDONESIA BERBAGI
ARTIKEL

LISAN YANG TERGELINCIR MENGUNDANG MURKA ALLAH SWT

Jumat, 4 November 2022 16:55:36 | Admin

Penulis : Katrina Wigusniarto & Nursyamsiah

Editor : Nursyamsiah

 

Al Lisan berasal dari bahasa arab yang berarti lidah, dalam keseharian tentunya kita sering mendengar idiom “Lisan bagaikan pedang bermata dua atau Lidah bagaikan pedang bermata dua”, yang berarti bisa menghasilkan efek positif dan negatif bagi si empunya, bahkan kepada orang lain. Lisan akan berefek positif jika kita mampu menjaga dan menggunakan lisan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti membaca Al Qur’an, berdzikir, berdo’a, dan lain-lain, yang semuanya akan berbuah pahala dan surga. Sementara lisan akan berefek negatif, jika kita tidak mampu menjaga lisan dan akhirnya tergelincir, sehingga mengundang murka Allah SWT dengan ancamannya neraka. 

Sungguh, banyak orang tidak menyadari bahaya dari lisan ini, sehingga kita harus berhati-hati dalam bertutur kata, berpikir dan menimbang kembali kalimat yang akan diucapkan jauh lebih bijaksana, sehingga tidak menjadi bumerang terutama bagi diri sendiri, terlebih bagi orang lain agar tidak tersakiti hatinya akibat lisan kita yang tergelincir akibat tidak terjaga.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, sahabat tersebut bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab tentang rukun Islam dan beberapa pintu kebaikan, kemudian beliau menanyakan kepada Mu’adz, “Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullah!” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab lalu memegang lidah beliau dan bersabda, “Jagalah ini (lisan)!” Kutanyakan, “Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga ibumu kehilanganmu! (kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. Tirmidzi)

Dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan makna hadits di atas, “Secara dzahir hadits Mu’adz tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang keluar dari lisan mereka. Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung kesyirikan, dan syirik itu sendiri merupakan dosa yang paling besar di sisi Allah Ta’ala. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Allah tanpa dasar ilmu, ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk didalamnya pula persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan hal-hal lain yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti perkataan dusta, ghibah dan namimah. Dan segala bentuk perbuatan maksiat pada umumnya tidaklah lepas dari perkataan-perkataan yang mengantarkan pada terwujudnya (perbuatan maksiat tersebut).”

 

ADAB MENJAGA LISAN

Dalam kitab Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah yang ditulis oleh Allamah Sayyid Abdullah Al-Haddad, terdapat 7 Adab Menjaga Lisan agar terhindar dari murka Allah SWT, yaitu: 

Pertama, Tidak Melibatkan Diri Pada Hal Yang Tidak Berguna

 وَإِيَّاكَ وَاْلخَوْضَ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ   

“Hendaklah Anda tidak melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak ada gunanya bagi anda.”

Sebagai makhluk sosial, kita sebagai manusia memang hidup bermasyarakat, akan tetapi dalam bersosialisasi perlu adanya batasan dan rambu-rambu, harus dipilah mana yang bermanfaat untuk kita atau malah mendatangkan kemudharatan, sehingga bisa menjaga diri terutama lisan kita supaya tidak tergelincir dalam obrolan yang tidak bermanfaat bahkan menimbulkan dosa. 

Kedua, Jangan Sering Bersumpah

وإكثَارَ اْلحَلْفِ بِاللهِ وَلَا تَحْلِفْ بِهِ تَعَالَى إِلَّا صَادِقً عِنْدَ اْلحَاجَةِ ( (وَإِيَّاك.

“Jangan sering-sering bersumpah demi Allah, dan jangan bersumpah demi nama-Nya kecuali memang benar-benar mendesak.”

Kita harus sangat berhati-hati bersumpah memakai nama Allah, seperti “Wallahi” atau “Demi Allah”, apalagi niatnya hanya sekedar bercanda untuk menguatkan kalimat yang dilontarkan, sungguh hal itu sangat tidak dibenarkan oleh para ulama. Lain halnya, jika kita dihadapkan dalam situasi yang sangat mendesak dan darurat, yang membutuhkan sumpah kita dengan menyebut “Demi Allah” untuk meneguhkan kalimat yang kita sampaikan, seperti di pengadilan.

Ketiga, Menghindari Kebohongan

 وَاحْذَرْ اْلكَذِبَ بِجَمِيْع  ِ أَنْوَاعِهِ فَإِنَّهُ مَنَاقِضٌ لِلْإِيْمَانِ.

 “Hindarilah segala macam kebohongan sebab hal itu berlawanan dengan iman.”

Berbohong merupakan perbuatan lisan yang sangat keji, dimana di masa sekarang sangat mudah kita temukan berita bohong yang tersebar di masyarakat, terutama di media sosial, atau yang kita kenal dengan hoaks. Padahal, berbohong itu merupakan salah satu dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

“Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua.” Sebelumnya Beliau bersandar, lalu Beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! Dan perkataan palsu (perkataan dusta),” Beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti.” (HR. Bukhari)

Selain dosa besar, berbohong juga merupakan ciri orang munafik, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tanda orang munafik ada tiga: Jika dia bercerita, dia berdusta; jika dia berjanji, dia menyelisihi; dan jika dia diberi amanah, dia berkhianat.” (HR. Bukhari)

Kita patut menghindari kebohongan, karena ancaman Allah SWT terhadap orang yang suka berbohong tidak main-main, yaitu neraka, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kalian wajib jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim)

Keempat, Jangan Bergunjing, Fitnah dan Bercanda Berlebihan

 .وَاْلغِيْبَةَ وَالنَّمِيْمَةَ وَاْلإكْثَارَ مِنَ اْلمُزَاحِ  

“Jauhkan dirimu dari pergunjingan dan fitnahan serta bercanda secara keterlaluan.”

Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, begitu pun dengan bercanda, bahkan bisa sampai tahap dalam fitnahan akibat bercandaan yang berlebihan, sehingga menimbulkan kedengkian satu sama lain. Allah SWT mengingatkan kita semua dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 191: 

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِۚ

“Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.”

Dan jika kita masih suka bergunjing satu sama lain diibaratkan kita sedang memakan daging bangkai saudaranya sendiri yang akan membuat kita jijik, sebagaimana firman-Nya di dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 12, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Kelima, Menghindari Ucapan Keji

.وَاجْتَنِبْ سَائِرَ اْلكَلَامِ اْلقَبِيْحِ              

 “Hindarilah setiap ucapan keji.”

KH. Abdullah Gymnastiar atau yang dikenal dengan Aa Gym, pernah berkata, “Teko hanya mengeluarkan isi teko,” artinya apa yang diucapkan mencerminkan isi hati kita, hati yang bersih akan berkata baik, sedangkan hati yang kotor akan berkata buruk bahkan keji. Sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim untuk senantiasa menghindari ucapan kotor dan keji, seperti umpatan-umpatan, hujatan-hujatan, yang bertujuan mengadu domba satu sama lain, sehingga merusak kerukunan antar sesama.

Keenam, Menjaga Lisan Dari Ucapan Kurang Baik 

 وَأمْسِكْ عَنْ رَدِيءِ اَلكَلَامِ كَمَا تُمْسِكُ عَنْ مَذْمُوْمٍ          

"Jagalah lisanmu dari ucapan yang kurang baik apalagi yang tercela.”

Penting bagi kita untuk senantiasa menjaga lisan dari ucapan-ucapan kurang baik bahkan tercela, seperti mengejek, menertawakan, merendahkan, menghina, bahkan menyombongkan diri di hadapan orang lain, yang lebih parah di hadapan Allah SWT. Bersikaplah tawadhu atau rendah hati sehingga menyelamatkan kita dari api neraka, karena neraka adalah tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar zarrah.” (HR Muslim)

Ketujuh, Berpikir Sebelum Bicara

وَتَفَكَّرْ فِيْمَا تَقُوُلُ قَبْلَ أَنْ تَقُوُلَ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَقُلْ وَإِلَّا فَاصْمُتْ. 

“Pikirkan baik-baik apa yang akan Anda ucapkan sebelumnya. Jika itu baik menurut Anda, katakanlah. Jika tidak, diamlah.”

Ada peribahasa yang sangat dikenal dalam masyarakat kita yang berbunyi, “Diam adalah emas,” hal ini berarti tidak akan berbicara, kecuali hanya hal yang bermanfaat dan mendatangkan kebaikan. Berpikir sebelum berbicara, lebih bijaksana ketimbang berbicara membabi-buta yang tidak ada makna dan manfaatnya sama sekali.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam." (Muttafaq ‘alaih)

 

PENUTUP

Dari untaian di atas, mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga lisan dan berhati-hati agar tidak tergelincir pada perkataan yang sia-sia, buruk bahkan keji, sehingga bisa terhindar dari murkanya Allah SWT yang dapat menjerumuskan diri ke dalam neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)

Wallahua’lam.

 

*Dari berbagai sumber

*Gambar : google.com

Bantu sebarkan kebaikan